Senin, 13 Oktober 2014

Mahasiswa ITN Asal Bondowoso Berkiprah di Pentas Internasional

Mahasiswa ITN Asal Bondowoso Berkiprah di Pentas Internasional
Ridwan Romadoni (kanan) berfoto di depan Taj Mahal, India

Tak banyak anak muda asal Bondowoso yang berkesempatan untuk mengikuti even internasional. Namun, kesempatan langka itu bisa diraih oleh pemuda Bondowoso Ridwan Romadoni yang berstatus sebagai mahasiswa Teknik Sipil ITN Malang.

baca juga : Mahasiswa Bondowoso Mengajar Siswa Miskin di India

Tidak terbayangkan dibenak Ridwan bahwa dia akan pergi ke India. Dia mengajar anak-anak India, tepatnya di pinggiran ibu kota India, New Delhi. Meski harus mengajar anak-anak yang berbeda budaya, Ridwan mengaku menikmati aktivitasnya dalam program AISEC atau Global Youth Ambassador. "Awalnya saya ingin mengikuti program AISEC ke Malaysia. Namun, saya malah dikirim ke New Delhi, India," katanya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Akhir Maret 2014, pemuda 21 tahun itu menginjakkan kakinya di negara dengan penduduk terbesar kedua di dunia. Dia diundang oleh India Institute of Technology untuk mengikuti program AISEC. Pria yang tinggal di Desa Bataan, Tenggarang, itu mendapatkan tugas untuk mengajar anak-anak terlantar membaca, menulis, dan berhitung.

"Pada minggu pertama, saya mengajar anak-anak di penampungan Vasant Kunt, New Delhi," ungkapnya. Selama proses mengajar anak-anak tersebut, Ridwan harus menggunakan bahasa pengantar dengan Bahasa Inggris. Sebab, bahasa sehari-hari anak-anak India adalah Bahasa Inggris, selain Bahasa India sendiri. Karena bekas koloni Inggris, maka banyak warga di sana yang pandai berbahasa Inggris. "Alhamdulilah, saya cukup lancar dalam menggunakan Bahasa Inggris," ujarnya.

Ridwan terkagum-kagum dengan anak-anak India tersebut. Meski dalam kondisi tidak punya orang tua atau kekurangan, mereka aktif belajar. "Semangat belajarnya sangat tinggi. Mereka sangat fasih berbahasa Inggris, selain menggunakan bahasa India," tambahnya.

Selanjutnya, pada pekan kedua dan ketiga, Ridwan membantu administrasi LSM di New Delhi. Sedangkan pada pekan keempat dia malah melakukan tugas cukup berat. Yakni, mengikuti kunjungan ke rumah sakit untuk mencari pasien yang tidak punya biaya pengobatan. Bahkan, ia dengan telaten merawat pasien yang tidak mampu dengan memandikan dan memotong kuku pasien. "Ternyata, tidak semua relawan yang ikut program AISEC melakukan hal ini," katanya.

Ridwan menambahkan, dirinya mengikuti program tersebut bersama sembilan relawan dari Mesir, Jerman, Meksiko, Brasil, Tiongkok, dan Jordania. "Sedangkan dari Indonesia ada dua, yakni dari ITN Malang dan Unila Lampung," ungkapnya.

Tidak hanya disuruh merawat orang sakit atau mengajari baca tulis, Ridwan juga disuruh mencari gelandangan, bahkan orang gila di jalanan. Para sukarelawan itu mengajak orang-orang itu untuk dibawa ke penampungan. "Tentu, mereka melawan kami," katanya.

Sedangkan pada minggu kelima, dia mengunjungi beberapa universitas di India. Selain itu, dia berkesempatan berkunjung ke Taj Mahal yang terkenal di dunia. Tak ayal, saat kembali ke Indonesia, dia ingin membina anak-anak terlantar yang ada di Indonesia. "Saya bercita-cita ingin mengajari anak-anak terlantar di Indonesia" katanya.

0 komentar:

Posting Komentar